Tuesday 24 March 2015

Bemo, Transportasi Mewah yang Berjaya di Era '70

Bemo, Transportasi Mewah yang Berjaya di Era '70

PADANG - Agus (65) hanya berjalan santai dengan mengenakan baju berkerah dan dibalut celana berwarna abu-abu. Di tangannya ada dua kantong kresek putih berisi parutan kepala dan langsung diletakkan ke bak kendaraan antiknya yang biasa disebut becak motor (bemo).
Kini bemo miliknya tidak lagi menjadi barang mewah seperti pada 1970-1980, melainkan hanya sebagai kendaraan yang digunakan untuk mengangkut barang.
Agus kemudian masuk ke bemonya. Tak lama kemudian dari belakang menyusul becak yang mengangkut pisang.
“Ini untuk jualan di rumah, pak. Kalau sudah sore, ibu menggoreng pisang untuk dijual. Sejak saya tidak menjadi sopir, itulah kerja saya sekarang,” katanya kepada Okezone, di belakang Mapolresta Padang.
Kendati demikian, Agus menyatakan bangga pernah menjadi sopir bemo. Menurutnya, awal beroperasi bemo ini pada 1971 atau tepatnya di era pemerintahan Wali Kota Zuiyen Rais. Saat itu bemo dulu dilakukan peremajaan.
“Saat ini ya kendaraan paling top di era 70-an dan 80-an. Ketika itu saya juga jadi pengin memiliki bemo tersebut. Dari seorang teman, saya membeli bemonya seharga 120 emas. Satu emas itu dulu tahun '80-an harganya Rp5.000. Jadi kalau dirupiahkan sekira Rp600 ribu. Kini mungkin bisa mencapai Rp34 juta,” katanya sambil mengenang.
Menurut Agus, ketika masa berjaya, bemo memiliki 11 jurusan untuk mengantarkan penumpang. Hampir tak ada sudut Kota Padang yang tidak dijamah bemo.
“Jalur kita dulu itu Muaro Padang, Seberang Palinggam, Purus, Padang Pasir, Simpang Haru, Sisingamangaraja, dan Parak Gadang. Kalau tidak salah ada 11 jalur dan itu tiap hari bergantian,” katanya.
Namun seiring perkembangan zaman, Agus mengungkapkan pernah merasakan bagaimana bemo dan dirinya perlahan "terjepit" saat berhadapan dengan sejumlah transportasi lainnya.
“Sejak adanya oplet atau angkot ditambah ojek kini Bus Transpadang, semakin habis kita dibuatnya,” ujarnya.
Bahkan, jalurnya tinggal tiga Muaro Padang, Seberang Palinggam, dan Puruih. Nasib semakin kritis ketika ada ojek. Ojek juga ngetem di tempat Bemo, kalau ongkos ke Muara misalnya itu Rp2.000, tapi kalau ojek itu Rp3.000.
“Nah, masalahnya penumpang lebih memilih naik ojek ketimbang bemo, soalnya kita harus menunggu penuh,” tuturnya.
(okezone.com)

0 comments:

Post a Comment

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com